Kehadiran robot dalam kehidpan manusia makin hari disadari makin
banyak manfaatnya. Robotic tidak lagi dipandang sebagai ilmu yang
berkembanghanya dalam konteks teknologi (fisik) saja, namun semakin hari
semakin banyak masalah yang berkaitan dengan lingkungan hidup manusia yang
perlu juga diambil perhatian.
Seperti telah diketahui, robot berkembang dari aplikasi-aplikasi di
industry dalam struktur lingkungan yang lebih dikondisikan sebagai kawasan
pabrik.
Sehingga robot lebih banyak didisain dalam bentuk yang relative khas sesuai dengan kebutuhan pabrik, seperti manipulator, dan kebanyakan tidak bersifat mobile atau tidak otonomous. Namun kehadiran robot di lingkungan yang bersifat lebih fleksibel, seperti misalnya rumah sakit, rumah tangga, perkantoran, eksplorasi hutan, dan pembangunan kawasan-kawasan berbahaya (plant nuklir, kimia, dsb.),telah membuat manusia harus menata ulang definisi, konstruksi dan fungsi robot. Keadaan ini telah menempatkan robot sebagai kehidupan keseharian sehingga dikenal istilah human-robot interaction.
Sehingga robot lebih banyak didisain dalam bentuk yang relative khas sesuai dengan kebutuhan pabrik, seperti manipulator, dan kebanyakan tidak bersifat mobile atau tidak otonomous. Namun kehadiran robot di lingkungan yang bersifat lebih fleksibel, seperti misalnya rumah sakit, rumah tangga, perkantoran, eksplorasi hutan, dan pembangunan kawasan-kawasan berbahaya (plant nuklir, kimia, dsb.),telah membuat manusia harus menata ulang definisi, konstruksi dan fungsi robot. Keadaan ini telah menempatkan robot sebagai kehidupan keseharian sehingga dikenal istilah human-robot interaction.
Interaksi antara manusia dengan robot atau mesin (human-machine
interactions) dapat dinyatakan dalam 3 tingkatan, yaitu:
·
Manusia sebagai kontroler robot
sepenuhnya,
·
Manusia sebagai manager dari
operasi robot, dan
·
Manusia dan robot berada dalam
kesetaraan.
Dalam dunia industry, factor human-machine interactions ini sangat
penting. Makin sedikit ketergantungan mesin terhadap manusia maka secara
relative makin tinggi tingkat otomasinya. Pada gilirannya biaya produksi untuk
membayar “keahlian” manusia dapat dikurangi dan digantikan oleh mesin (robot).
Perangkat yang digunakan dalam interaksi ini dikenal sebagai human-machine
interface. Interface dapat berupa perangkat keras ataupun perangkat lunak.
Interaksi yang paling dasar antara manusia dengan robot adalah
interaksi yang menempatkan manusia sebagai pengontrol gerakan robot sepenuhnya.
Dalam hal ini biasanya robot tidak memiliki kemampuan untuk melakukan sendiri
segala gerakan. Semua titik actuator hanya dapat digerakan melalui “perintah”
operator atau manusia. Robot hampir tidak lagi memerlukan sensor pada
sendi-sendi ataupun pergerakan. Dengan campur tangan manusia ini maka
pergerakan robot dapat langsung “dideteksi” secara visual melalui penglihatan
mata. Sensor secara perangkat keras yang diperlukan mungkin hanya berupa switch
pembatas (limit switch) untuk menghindari gerakan yang berbahaya atau di luar
control. Cara ini dikenal sebagai pengendalian robot menggunakan remote
control, baik secara wireless (tanpa
kabel) maupun menggunakan kabel.
Sumber : dosen univ.gunadarma
0 komentar:
Posting Komentar