Selasa, 27 September 2011

Interaksi Manusia dan Robot

Kehadiran robot dalam kehidpan manusia makin hari disadari makin banyak manfaatnya. Robotic tidak lagi dipandang sebagai ilmu yang berkembanghanya dalam konteks teknologi (fisik) saja, namun semakin hari semakin banyak masalah yang berkaitan dengan lingkungan hidup manusia yang perlu juga diambil perhatian.
Seperti telah diketahui, robot berkembang dari aplikasi-aplikasi di industry dalam struktur lingkungan yang lebih dikondisikan sebagai kawasan pabrik.
Sehingga robot lebih banyak didisain dalam bentuk yang relative khas sesuai dengan kebutuhan pabrik,  seperti manipulator, dan kebanyakan tidak bersifat mobile atau tidak otonomous. Namun kehadiran robot di lingkungan yang  bersifat lebih fleksibel, seperti misalnya rumah sakit, rumah tangga, perkantoran, eksplorasi hutan, dan pembangunan kawasan-kawasan berbahaya (plant nuklir, kimia, dsb.),telah membuat manusia harus menata ulang definisi, konstruksi dan fungsi robot. Keadaan ini telah menempatkan robot sebagai kehidupan keseharian sehingga dikenal istilah human-robot interaction.
Interaksi antara manusia dengan robot atau mesin (human-machine interactions) dapat dinyatakan dalam 3 tingkatan, yaitu:
·         Manusia sebagai kontroler robot sepenuhnya,
·         Manusia sebagai manager dari operasi robot, dan
·         Manusia dan robot berada dalam kesetaraan.

Dalam dunia industry, factor human-machine interactions ini sangat penting. Makin sedikit ketergantungan mesin terhadap manusia maka secara relative makin tinggi tingkat otomasinya. Pada gilirannya biaya produksi untuk membayar “keahlian” manusia dapat dikurangi dan digantikan oleh mesin (robot). Perangkat yang digunakan dalam interaksi ini dikenal sebagai human-machine interface. Interface dapat berupa perangkat keras ataupun perangkat lunak.
Interaksi yang paling dasar antara manusia dengan robot adalah interaksi yang menempatkan manusia sebagai pengontrol gerakan robot sepenuhnya. Dalam hal ini biasanya robot tidak memiliki kemampuan untuk melakukan sendiri segala gerakan. Semua titik actuator hanya dapat digerakan melalui “perintah” operator atau manusia. Robot hampir tidak lagi memerlukan sensor pada sendi-sendi ataupun pergerakan. Dengan campur tangan manusia ini maka pergerakan robot dapat langsung “dideteksi” secara visual melalui penglihatan mata. Sensor secara perangkat keras yang diperlukan mungkin hanya berupa switch pembatas (limit switch) untuk menghindari gerakan yang berbahaya atau di luar control. Cara ini dikenal sebagai pengendalian robot menggunakan remote control,  baik secara wireless (tanpa kabel) maupun menggunakan kabel.


Sumber : dosen univ.gunadarma

0 komentar:

Posting Komentar

 
;